Posted by: Indonesian Children | April 25, 2009

PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO KETERLAMBATAN BICARA

Dr Widodo Judarwanto SpA

CHILDREN ALLERGY CLINIC
PICKY EATERS CLINIC (Klinik kesulitan makan)

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.

 

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.

 

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.

 

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.

Bahasa berkembang dipengaruhi faktor internal dan eksternal yang secara komprehensif membangun kemampuan berkomunikasi anak.

Faktor Internal (faktor biologis)

Persepsi
Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi. Persepsi berkembang dalam 4 aspek : pertumbuhan, termasuk perkembangan sel saraf dan keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan meliputi seluruh aspek sensori; kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema yang sering terbentuk. Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar bahasa anak. Secara bertahap anak akan memperlajari stimulasi-stimulasi baru mulai dari raba, rasa, penciuman kemudian penglihatan dan pendengaran. 2
Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau 12 bulan, dapat memprediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan pada usia 23 bulan.2,34 Telinga sebagai organ sensori auditori berperan penting dalam perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan gangguan pendengaran karena otitis media pada anak akan memganggu perkembangan bahasa.36,37
Sel saraf bayi baru lahir relatif belum terorganisir dan belum spesifik. Dalam perkembangannya, anak mulai membangun peta auditori dari fonem, pemetaan terbentuk saat fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan sampai akhir umur pra sekolah.2

Kognisi
Anak di usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan, melambangkan ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognisi dasar untuk pemberolehan bahasa anak.2,38

Beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa : 2,3
1. Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cognitive determinism)
2. Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic determinism)
3. Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya pikiran dipengaruhi oleh bahasa.
4. Bahasa dan pikiran adalah factor bebas tapi kemampuan yang berkaitan.

Sesuai dengan teori –teori tersebut maka kognisi bertanggungjawab pada pemerolehan bahasa dan pengetahuan kognisi merupakan dasar pemahaman kata.

Prematuritas
Peters (1997)9, Tomblin (1997)39, Weindrich (2000)40 dan Yliherva (2001)41 menemukan adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan prematuritas yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, seperti berat badan lahir, Apgar score, lama perawatan di rumah sakit, bayi yang iritatif, dan kondisi saat keluar rumah sakit.

Alergi dan gangguan saluran cerna (GER)
Widodo Judarwanto melaporkan dalam penelitian pendahuluan bahwa penderita alergi makanan yang disertai gangguan saluran cerna khususnya gangguan muntah astau GER (Gastrooesephageal refluks) ternyata beresiko membuat gangguan perkembangan oral motor dan bicara pada anak

Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)

Lingkungan verbal
Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak. Anak di lingkungan keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak dalam seminggu dibandingkan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah. 35,42

Riwayat keluarga
Demikian pula dengan anak dalam keluarga yang mempunyai riwayat keterlambatan atau gangguan bahasa beresiko mengalami keterlambatan bahasa pula. 41,42 Riwayat keluarga yang dimaksud antara lain anggota keluarga yang mengalami keterlambatan berbicara, memiliki gangguan bahasa, gangguan bicara atau masalah belajar. 4,43

Pendidikan
Studi lainnya melaporkan juga ibu dengan tingkat pendidikan rendah merupakan faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya. 39,40,44,45,46

Jumlah anak
Yliherva (2001) 41 dan Chouhury (2003) 46 menemukan bahwa jumlah anak dalam keluarga mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak, berhubugan dengan intensitas komunikasi antara orang tua dan anak.

Pola asuh
Law dkk juga menemukan bahwa anak yang menerima contoh berbahasa yang tidak adekuat dari keluarga, yang tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah. 16

 

Supported  by
CLINIC FOR CHILDREN

Yudhasmara Foundation

JL Taman Bendungan Asahan 5 Jakarta Indonesia 102010

phone : 62(021) 70081995 – 5703646

http://childrenclinic.wordpress.com/

 

 

 

Clinical and Editor in Chief :

DR WIDODO JUDARWANTO

email : judarwanto@gmail.com

 

 

 

 

 

 

 

Copyright © 2009, Clinic For Children Information Education Network. All rights reserved.


Responses

  1. putri pertama kami, usianya genap 3 tahun juli besok. kami merasakan keterlambatan kemampuan verbal pada putri kami, terutama dalam mengucap dia sering kali memotong seenaknya. padahal sejak kecil kami tidak membiasakan dia demikian. misalnya untuk kata ‘kamar’ diucapkan hanya ‘ama’. misalpun kami seringkali memintanya untuk membetulkan ucapannya diapun mengulanginya menjadi ‘kama’ dan seperti ini kami memakluminya karena memang belum bisa mengucap ‘r’.
    namun untuk banyak kata yg lain kami rasa cukup parah. dia kurang bisa mengucap beberapa kata berakhiran ‘n’, ‘ng’. misal ‘ikan’ menjadi ‘ika’. ‘pulang’ menjadi ‘pula’. kalaupun bisa memaksakan diri, hasilnya jadi lucu. misal ‘pisang’ jadi ‘pis-ha’, ‘bisa’ jadi ‘bis-a’. dulu juga punya kendala pada huruf ‘j’ dan ‘c’. ‘jatuh’ jadi ‘tutuh’. ‘cicak’ jadi ‘hihak’. tapi sekarang sudah bisa untuk ‘c’ dan ‘j’.
    setiap kali kami memintanya membetulkan ucapan, kami usahakan dia melihat gerak bibir dan lidah kami. untuk beberapa kata memang sebenernya dia mampu mengucap dengan benar. tapi untuk beberapa yg dia tidak bisa, justru dia sering mengelak untuk diajak memperhatikan, seperti takut salah.
    kami rasa tidak ada masalah dengan pendengarannya, terbukti bisa mendengar dan menyambut kedatangan saya meskipun kendaraan saya masih beberapa meter dari rumah sementara dia didalam rumah tertutup, sambil berteriak ‘ayah data… ayah data…’. dan sebelum usianya genap 2,5tahun pun dia sudah bisa menghapal beberapa warna baku seperti merah, hijau, kuning, biru, orange, pink, putih, hitam. dan sekarang dia sering mengucap beberapa huruf abjad yg ditemuinya meskipun belum banyak. dan jika kami tes menirukan hurup satu per satu A s/d Z, semuanya diapat diucapkan dengan sempurna. hanya ‘ng’ yg belum bisa sama sekali.
    sedangkan untuk receptifnya, kami rasa tidak begitu terhambat. hanya saja dia kadang kurang perhatian meskipun tidak tergolong autis. dan diapun mengerti apa yg kami maksud.
    sebenarnya ada masalah apa dengan putri kami dok? akibat lanjutannya dia belum bisa merangkai kalimat panjang. paling hanya 3 kata, itupun kadang terbalik2.
    kami takut ini akan menghambat perkembangannya, apalagi sudah mendekati saatnya untuk bersosialisasi. dalam kesehariannya kami merasa kasian saat teman2nya tidak mengerti apa yg diucapkannya.

    terimakasih sebelumnya atas jawaban dokter.


Leave a comment

Categories